Sabtu, 28 November 2015

Laporan Infus KCL (Kalium Clhorida)



LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
Infus Kalium Klorida
 



 




Kelompok A4 :
1.     Diana Maulidina   ( P2.31.39.0.14.027)
2.     Dita Qonitah         (P2.31.39.0.14.029)
3.     Eli Nofasari          (P2.31.39.0.14.031)
4.     Ervina Evi Susanti         (P2.31.39.0.14.033)
Lokal         : 2A
Semester    : 3

Pengawas : Purnama Fajri, S.Farm.,M.Biomed.,Apt.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
JURUSAN FARMASI
2015/2016


       I.            PENDAHULUAN
A.    Tujuan
Mahasiswa dapat membuat sediaan tetes infus kalium klorida dengan tepat  dan dapat menentukan evaluasi yang tepat untuk sediaan infus.

B.     Teori

1.      Pengertian Infus
Menurut Farmakope Indonesia edisi III Hal. 12 Menurut FI Edisi III halaman 12, infus intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap  darah, disuntikkan langsung ke dalam vena, dengan volume relatife banyak. Kecuali dinyatakan lain , infus intravenous tidak diperbolehkan mengandung bakteriasida dan zat dapar. Larutan untuk infus intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel.
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV Hal. 10 Pengertian infus adalah sediaan parenteral volume besar merupakan sediaan cair steril yang mengandung obat yang dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia. Infus adalah larutan injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah lebih dari 100 ml.
    Menurut Ansel halaman 448 Larutan sediaan parenteral volume besar digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang akan atau sudah dioperasi, atau untuk penderita yang tidk sadar dan tidak dapat menerima cairan, elektrolit dan nutrisi lewat mulut. Larutan-larutan ini dapat juga diberikan dalam terapi pengganti pada penderita yang mengalami kehilangan banyak cairan dan elektrolit yang beat.
           


Menurut Moh. Anief,  Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 100 mL yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam jumlah relatif sama. Ketika terjadi gangguan hemostatif, maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan air dan elektrolit.
Dalam pembuatan infus atau cairan intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal dalam wadah plastik atau gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel lain. Oleh karena volume yang besar, pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena biasanya mengandung zat-zat amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin. Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk menetralisir trauma pada pembuluh darah. Namun cairan Hipotonis maupun Hipertonis dapat digunakan untuk meminimalisir pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam kecepatan yang lambat.  (Anief, 1993).
Infus merupakan sediaan steril, berupa larutan atau emulsi dengan air sebagai fase kontinu; biasanya dibuat isotonis dengan darah. Prinsipnya infus dimaksudkan untuk pemberian dalam volume yang besar. Infus tidak mengandung tambahan berupa pengawet antimikroba.Larutan untuk infus, diperiksa secara visible pada kondisi yang sesuai, adalah jernih dan praktis bebas partikel-partikel. Emulsi pada infus tidak menujukkan adanya pemisahan fase. (British Pharmaceutical 2001,1804)
Keuntungan pemberian secara intravena (Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, hal 401)
1. Dapat digunakan untuk pemberian obat agar bekerja cepat, seperti pada keadaan gawat.
2. Dapat digunakan untuk penderita yang tidak dapat diajak bekerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan melalui oral.
3. Penyerapan dan absorbsi dapat diatur.


2.      PREFORMULASI
1.      Preformulasi zat aktif
1)   KCl
Kalium Klorida mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 100,5% KCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
·         Pemerian         : Hablur bentuk memanjang,prisma atau kubus,tidak                                     berwarna, atau serbuk granul   putih; tidak berbau;rasa                                   garam;stabil di udara ;larutan bereaksi netral terhadap                                  lakmus
·         pH                   : 7
·         Kelarutan        : Mudah larut dalam air , lebih mudah larut    dalam air                                 mendidih ; tidak larut dalam etanol.
·         Penyimpanan   : Dalam wadah tertutup baik.
·         Cara sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi.
·         Khasiat            : Sumber Ion Kalium
·         Literatur          : - FI IV hal 477
- Martindale The Extra Pharmacopoeia 28 hal 629

2.      Preformulasi zat tambahan
2)         Glukosa
Glukosa mengandung tidak kurang dari 99,0 %  dan tidak lebih dari 101,5 % C6H12O6  dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
·         Pemerian         : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau   butiran putih,                          tidak berbau, rasa manis.
·         Kelarutan        : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air                                  mendidih, agak sukar larut dalam etanol (95 %) P                                           mendidih, sukar larut dalam etanol (95 %) P.
·         Penyimpanan   : Dalam wadah tertutup baik
·         Cara sterilisasi : autoklaf
·         pH                   :3,5 – 5,5
·         Khasiat            : Pengisotonis
·         Literatur          :-FI III hal.268
-Martindale The Exra Pharmacopoeia 28 hal 50
           
3)   Norit
Arang Jerap adalah arang yang dibuat dari bahan tumbuh-tumbuhan tertentu telah diaktifkan untuk mempertinggi daya jerap.
·         Pemerian         : Serbuk hitam tidak berbau,tidak berasa ;hitam
·         Kelarutan        : Praktis tidak larut dalam suasana pelarut biasa
·         Stabilitas         : Stabil ditempat yang tertutup dan kedap udara 
·         Kegunaan        : Menyerap pirogen
·         Konsentrasi     : 0,1%
·         pH                   : 5 – 8
·         Penyimpanan   :Dalam wadah tertutup rapat
·         Literatur          : -Martindale The Exra Pharmacopoeia 28 hal 50
  -FI ed.IV hal. 1169

3.      Preformulasi zat pembawa
1.      Aqua pro injection (p.i)
Menurut FI III, air untuk injeksi adalah air suling segar yang disuling kembali, disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C.Menurut FI IV, air steril untuk injeksi adalah air untuk injeksi yang disterilkan dan dikemas dengan cara yang sesuai. Tidak mengandung bahan antimikroba atau bahan tambahan lainnya.
·         Pemerian         : Keasam-kebasaan, ammonium, besi,
                               tembaga, timbal,  kalsium, klorida,
                               nitrat, sulfat, zat teroksidasi memenuhi
                               syarat yang tertera pada aqua destillata.
·         Khasiat            : Diluents / bacteriostatic water for
                              injection (up to 100% concentrate)
·         Sterilisasi         :      Sterilisasi A atau C
·         Literatur          :      - FI III hal 97
                               - FI IV hal 112
                               - Martindale The Extra Pharmacopoeia
28    Hal. 1670
-     Handbook of Pharmaceutical Excipient
Hal.366


    II.            PENDEKATAN FORMULASI
Pada praktikum pembuatan infus kalium klorida  ini digunakan kcl sebagai zat aktif, sediaan ini mengandung kcl 0,38%. Adapun khasiat dari kcl  yaitu sebagai Sumber Ion Kalium yaitu akibat ketidakseimbangan elektrolit.
Dalam sediaan infus ini digunakan norit yang bertujuanya untuk menyerap pirogen Norit juga digunakan untuk menyerap bahan-bahan pengotor yang mungkin ada dalam sediaan infus. Dengan pengocokkan menggunakan karbon 1% selama 15 menit,pirogen dapat hilangkan.
Dalam sediaan  infus ini dugunakan glukosa sebagai pengisotonis yang bertujuan agar tekanan osmosis cairan infus yang masuk kedalam tubuh sama dengan tekanan osmosis tubuh.
Dalam sediaan infus kcl ini , digunakan juga aqua pi sebagai pembawa atau pelarut pada sediaan. Tujuannya yaitu sebagai pelarut dan pembawa karena bahan-bahan larut dalam air.
Jadi infus intravena kalium klorida dan glukosa digunakan untuk mengatasi hypokalemia berat dan pengosongan kalium ,bila asupan kalium peroral tidak memadai(IONI ,335)
 III.            FORMULASI
Infus KaliumChlorida  (Martindale edisi 28 hal.629)
R/         KCl                0.38%
Glukosa           qs
Norit                0.1 %
Aqua P.i          ad 500 ml

KR      :          -
OTT     : Larutan bebas pirogen
Usul     :          -


Keterangan :
·         Wadah                 : Botol infus 500 ml
·         Sterilisasi             :Otoklaf 120 ºC selama 20 menit (Larutan Parentral
                             Goeswin Agus Hal.343)
·         Teknik sterilisasi  : Na steril
·         pH                        : 2.5 – 5.5 (Martindale edisi 28 hal.629 )
·         Cara pemakaian   : i.v (Martindale edisi 28 hal.629)












 IV.            PERHITUNGAN
            Volume yang akan dibuat :
Botol infus 2 buah @500 ml
V = 500 ml + 10 %
    = 2(500 ml + 50 ml)
    = 1100 ml


1.         KCl
x 1100 ml = 4,18  g
Ket: Kalo ada norit maka, KCl+ 5% = 4,18 + 0,209
                                                             = 4,38 g
2.         Glukosa
B =  =  
                                    =
                                    = 3,88 g/100 ml
Untuk 1100 ml =  x 3,88 g = 42,68 g
3.      Norit
   x 1100 ml = 1,1 g
4.      Aqua p.i ad 1100 ml   
Kadar

    V.            PENIMBANGAN
Penimbangan formula
1.KCl        = 4,38 g
2.Glukosa  = 42,68 g
3.Norit       = 1,1 g
4.Aqua P.i =ad 1100 ml

 VI.            PROSEDUR KERJA
A.    Pelaksanaan
Teknik sterilisasi : Na steril
Sterlisasi alat
No
AlatdanBahan
Sterilisasi
Literatur
WaktuSterilisasi
Mulai
Akhir
1.
Spatula logam, Pinset logam, kacaarloji, batang pengaduk
Flambir 20 detik
Wattimena I hal. 45


2.
Gelas ukur 5 ml , gelas ukur 10 ml,gelas ukur 50 ml,  kertas saring, pipet, corong
Autoklaf 121oC selama 15 menit
Wattimena I hal.72,77


3.
Botol tetes,beaker glass 50 ml
Oven 170 oC 30 menit
Wattimena I hal. 39,49,139


4.
Karet pipet
Rebus 30 menit
Wattimena I hal 53
07.30
08.00
5.
Aqua p.i
Sterilisasi A/C

FI III hal 14
08.00
08.10
6.
Larutan obat
Otoklaf 120 oC
 20 menit
Goeswin Agoes. Hal 343
10.30
11.00




B.     Pembuatan
1.      Siapkan alat dan bahan
2.      Sterilisasi alat dan bahan
3.      Didihkan aqua p.i selama 10 menit ,dan 2 tutup botol infus selama 30 menit
4.      Kalibrasi beaker glass 1100 ml
5.      Timbang KCl 4,38 g , Glukosa 42,68 g , Norit 1,1 g menggunakan kaca arloji dan aqua Pi ad 1100 ml.
6.      Masukkan KCl 4,38 g larutkan dengan aqua pi secukupnya
7.      Masukkan Glukosa 42,68 g dan tambahkan aqua pi seluruhnya
8.      Masukkan Norit 1,1 g lalu aduk ad homogen  kemudian tutup beaker glass dengan kaca arloji  
9.      Panaskan larutan obat selama 10 menit
10.  Kemudian cek pH. PH = 5,5
11.  Kemudian saring menggunakan kertas saring sebanyak dua kali penyaringan.
12.  Bilas botol infus dengan larutan obat
13.  Masukkan larutan obat ke dalam botol infus ad 500 ml ,kemudian tutup menggunakan tutup karetnya
14.  Sterilkan hasil sediaan dengan otoklaf 120 oC selama 20 menit
15.  Beri etiket dan kemas kedalam dus.











VII.            EVALUASI HASIL SEDIAAN
1.      Organoleptis
Evaluasi organoleptis merupakan pengujian sediaan dengan menggunakan pancaindra untuk mendeskripsikan bentuk atau konsistensi (misalnya padat, serbuk, kental, cair), warna ( misalnya kuning, coklat) dan bau ( misalnya aromatik, tidak berbau).Pemberian dikatakan baik jika warna sediaan tidak berubah dan bau tidak hilang.

Hasil pengamatan :
Hasil Evaluasi organoleptis kelompok kami yaitu :
·         Bau                        : tidak berbau
·         Warna                    : bening jernih
·         Bentuk                  : cair
·         Kelarutan              : tidak ada endapan

2.      pH  
·         pH merupakan suatu penentu utama dalam kestabilan suatu obat yang cenderung penguraian hidrolitik. Untuk kebanyakan obat injeksi pH kestabilan optimum adalah pada situasi asam antara pH 4 - 5.Oleh karena itu, melalui penggunaan zat pendapar yang tepat kestabilan senyawa yang tidak stabil dapat ditinggikan (Ansel, 1989).pH standar infus menurut Martindale edisi 28 hal.629 yaitu  2.5 – 5.5

Hasil uji pH yang dilakukan oleh kelompok kami adalah 5,5




VIII.        DESAIN KEMASAN dan ETIKET
A.    Brosur dan Etiket

 



Dus
 








IX. DAFTAR PUSTAKA
1.      Anief,Moh. 2006. Ilmu Meracik Obat:Teori dan Praktik. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
2.      Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Tiga. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
3.      Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi Empat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
4.      Ansel, Howard C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. UI-Press: Jakarta
5.      Reynold, James EF. 1982. Martindal The Extra Pharmacopoeia 28. Pharmaceutical press: London
6.      Wattimena, J.R., Gwan, Tan Siang. 1968. Dasar-dasar Pembuatan dan Resep-resep Obat Suntik I. Tarate: Bandung
7.      Boylan, James C. 2003. Handbook of Pharmaceutical Excipients.Washington
8.      2008, Informatorium  Obat Nasional Indonesia Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar