LAPORAN
PRAKTIKUM
TEKNOLOGI
SEDIAAN STERIL
Infus
Kalium Klorida
Kelompok
A4 :
1. Diana
Maulidina ( P2.31.39.0.14.027)
2. Dita
Qonitah (P2.31.39.0.14.029)
3. Eli
Nofasari (P2.31.39.0.14.031)
4. Ervina
Evi Susanti (P2.31.39.0.14.033)
Lokal : 2A
Semester : 3
Semester : 3
Pengawas
: Purnama Fajri, S.Farm.,M.Biomed.,Apt.
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
JURUSAN
FARMASI
2015/2016
I.
PENDAHULUAN
A. Tujuan
Mahasiswa dapat membuat sediaan tetes
infus kalium klorida dengan tepat dan
dapat menentukan evaluasi yang tepat untuk sediaan infus.
B.
Teori
1. Pengertian
Infus
Menurut
Farmakope Indonesia edisi III Hal. 12 Menurut FI Edisi III halaman 12, infus
intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan
sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap
darah, disuntikkan langsung ke dalam vena, dengan volume relatife
banyak. Kecuali dinyatakan lain , infus intravenous tidak diperbolehkan
mengandung bakteriasida dan zat dapar. Larutan untuk infus intravenous harus
jernih dan praktis bebas partikel.
Menurut
Farmakope Indonesia edisi IV Hal. 10 Pengertian infus adalah sediaan parenteral
volume besar merupakan sediaan cair steril yang mengandung obat yang dikemas
dalam wadah 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia. Infus adalah larutan
injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah lebih dari 100
ml.
Menurut Ansel halaman 448 Larutan sediaan parenteral volume besar digunakan
dalam terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang akan atau sudah dioperasi,
atau untuk penderita yang tidk sadar dan tidak dapat menerima cairan,
elektrolit dan nutrisi lewat mulut. Larutan-larutan ini dapat juga diberikan
dalam terapi pengganti pada penderita yang mengalami kehilangan banyak cairan
dan elektrolit yang beat.
Menurut
Moh. Anief, Infus adalah larutan dalam
jumlah besar terhitung mulai dari 100 mL yang diberikan melalui intravena tetes
demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan elektrolit dapat
terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam jumlah relatif sama.
Ketika terjadi gangguan hemostatif, maka tubuh harus segera mendapatkan terapi
untuk mengembalikan air dan elektrolit.
Dalam
pembuatan infus atau cairan intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal dalam
wadah plastik atau gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel
lain. Oleh karena volume yang besar, pengawet tidak pernah digunakan dalam
infus intravena biasanya mengandung zat-zat amino, dekstrosa, elektrolit dan
vitamin. Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang
isotonis untuk menetralisir trauma pada pembuluh darah. Namun cairan Hipotonis
maupun Hipertonis dapat digunakan untuk meminimalisir pembuluh darah, larutan
hipertonis diberikan dalam kecepatan yang lambat. (Anief, 1993).
Infus
merupakan sediaan steril, berupa larutan atau emulsi dengan air sebagai fase
kontinu; biasanya dibuat isotonis dengan darah. Prinsipnya infus dimaksudkan
untuk pemberian dalam volume yang besar. Infus tidak mengandung tambahan berupa
pengawet antimikroba.Larutan untuk infus, diperiksa secara visible pada kondisi
yang sesuai, adalah jernih dan praktis bebas partikel-partikel. Emulsi pada
infus tidak menujukkan adanya pemisahan fase. (British Pharmaceutical 2001,1804)
Keuntungan pemberian
secara intravena (Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, hal 401)
1. Dapat digunakan untuk pemberian obat agar bekerja cepat, seperti pada keadaan gawat.
2. Dapat digunakan untuk penderita yang tidak dapat diajak bekerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan melalui oral.
3. Penyerapan dan absorbsi dapat diatur.
1. Dapat digunakan untuk pemberian obat agar bekerja cepat, seperti pada keadaan gawat.
2. Dapat digunakan untuk penderita yang tidak dapat diajak bekerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan melalui oral.
3. Penyerapan dan absorbsi dapat diatur.
2.
PREFORMULASI
1.
Preformulasi zat
aktif
1)
KCl
Kalium Klorida mengandung tidak kurang dari 99,0 %
dan tidak lebih dari 100,5% KCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
·
Pemerian : Hablur bentuk memanjang,prisma atau
kubus,tidak berwarna,
atau serbuk granul putih; tidak
berbau;rasa
garam;stabil di udara ;larutan bereaksi
netral terhadap lakmus
·
pH :
7
·
Kelarutan : Mudah larut dalam air , lebih mudah
larut dalam air mendidih ; tidak larut dalam etanol.
·
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
·
Cara sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi.
·
Khasiat : Sumber Ion Kalium
·
Literatur : - FI IV hal 477
-
Martindale The Extra Pharmacopoeia 28 hal 629
2.
Preformulasi zat
tambahan
2)
Glukosa
Glukosa mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 101,5 % C6H12O6 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
·
Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur
atau butiran putih, tidak berbau, rasa
manis.
·
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah
larut dalam air mendidih,
agak sukar larut dalam etanol (95 %) P mendidih,
sukar larut dalam etanol (95 %) P.
·
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
·
Cara sterilisasi : autoklaf
·
pH :3,5
– 5,5
·
Khasiat : Pengisotonis
·
Literatur :-FI III hal.268
-Martindale The Exra
Pharmacopoeia 28 hal 50
3)
Norit
Arang
Jerap adalah arang yang dibuat dari bahan tumbuh-tumbuhan tertentu telah
diaktifkan untuk mempertinggi daya jerap.
·
Pemerian : Serbuk hitam tidak berbau,tidak
berasa ;hitam
·
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam suasana
pelarut biasa
·
Stabilitas : Stabil ditempat yang tertutup dan
kedap udara
·
Kegunaan : Menyerap pirogen
·
Konsentrasi : 0,1%
·
pH : 5 – 8
·
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat
·
Literatur : -Martindale The
Exra Pharmacopoeia 28 hal 50
-FI ed.IV hal. 1169
3. Preformulasi
zat pembawa
1. Aqua
pro injection (p.i)
Menurut FI III, air untuk injeksi adalah air suling segar yang
disuling kembali, disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C.Menurut FI IV,
air steril untuk injeksi adalah air untuk injeksi yang disterilkan dan dikemas
dengan cara yang sesuai. Tidak mengandung bahan antimikroba atau bahan tambahan
lainnya.
·
Pemerian :
Keasam-kebasaan, ammonium, besi,
tembaga, timbal, kalsium, klorida,
nitrat, sulfat, zat teroksidasi memenuhi
syarat yang tertera pada aqua destillata.
tembaga, timbal, kalsium, klorida,
nitrat, sulfat, zat teroksidasi memenuhi
syarat yang tertera pada aqua destillata.
·
Khasiat :
Diluents / bacteriostatic water for
injection (up to 100% concentrate)
injection (up to 100% concentrate)
·
Sterilisasi :
Sterilisasi A atau C
·
Literatur :
- FI III hal 97
- FI IV hal 112
- Martindale The Extra Pharmacopoeia
- FI IV hal 112
- Martindale The Extra Pharmacopoeia
28
Hal. 1670
-
Handbook of Pharmaceutical Excipient
Hal.366
II.
PENDEKATAN FORMULASI
Pada
praktikum pembuatan infus kalium klorida ini digunakan kcl sebagai zat aktif, sediaan
ini mengandung kcl 0,38%. Adapun khasiat dari kcl yaitu sebagai Sumber Ion Kalium yaitu akibat
ketidakseimbangan elektrolit.
Dalam
sediaan infus ini digunakan norit yang bertujuanya untuk menyerap pirogen Norit
juga digunakan untuk menyerap bahan-bahan pengotor yang mungkin ada dalam
sediaan infus. Dengan pengocokkan menggunakan karbon 1% selama 15 menit,pirogen
dapat hilangkan.
Dalam
sediaan infus ini dugunakan glukosa
sebagai pengisotonis yang bertujuan agar tekanan osmosis cairan infus yang
masuk kedalam tubuh sama dengan tekanan osmosis tubuh.
Dalam
sediaan infus kcl ini , digunakan juga aqua pi sebagai pembawa atau pelarut
pada sediaan. Tujuannya yaitu sebagai pelarut dan pembawa karena bahan-bahan
larut dalam air.
Jadi
infus intravena kalium klorida dan glukosa digunakan untuk mengatasi
hypokalemia berat dan pengosongan kalium ,bila asupan kalium peroral tidak
memadai(IONI ,335)
III.
FORMULASI
Infus
KaliumChlorida (Martindale edisi 28
hal.629)
R/ KCl 0.38%
Glukosa qs
Norit 0.1 %
Aqua P.i ad 500 ml
KR : -
OTT : Larutan bebas pirogen
Usul : -
Keterangan
:
·
Wadah : Botol infus 500 ml
·
Sterilisasi :Otoklaf 120 ºC selama
20 menit (Larutan Parentral
Goeswin
Agus Hal.343)
·
Teknik sterilisasi : Na steril
·
pH :
2.5 – 5.5 (Martindale edisi 28 hal.629 )
·
Cara pemakaian : i.v (Martindale edisi 28 hal.629)
IV.
PERHITUNGAN
Volume yang akan dibuat :
Botol
infus 2 buah @500 ml
V
= 500 ml + 10 %
= 2(500 ml + 50 ml)
= 1100 ml
1.
KCl
x 1100 ml = 4,18 g
Ket:
Kalo ada norit maka, KCl+ 5% = 4,18 + 0,209
= 4,38 g
2.
Glukosa
B =
=
=
=
3,88 g/100 ml
Untuk 1100 ml =
x
3,88 g = 42,68 g
3.
Norit
x
1100 ml = 1,1 g
4.
Aqua
p.i ad 1100 ml
Kadar
V.
PENIMBANGAN
Penimbangan
formula
1.KCl =
4,38 g
2.Glukosa = 42,68 g
3.Norit =
1,1 g
4.Aqua P.i =ad 1100 ml
VI.
PROSEDUR KERJA
A. Pelaksanaan
Teknik sterilisasi : Na steril
Sterlisasi alat
No
|
AlatdanBahan
|
Sterilisasi
|
Literatur
|
WaktuSterilisasi
|
|
Mulai
|
Akhir
|
||||
1.
|
Spatula logam, Pinset logam, kacaarloji, batang pengaduk
|
Flambir 20 detik
|
Wattimena I hal. 45
|
|
|
2.
|
Gelas ukur 5 ml , gelas ukur 10 ml,gelas ukur 50 ml, kertas saring, pipet, corong
|
Autoklaf 121oC selama 15 menit
|
Wattimena I hal.72,77
|
|
|
3.
|
Botol tetes,beaker glass 50 ml
|
Oven 170 oC 30 menit
|
Wattimena I hal. 39,49,139
|
|
|
4.
|
Karet pipet
|
Rebus 30 menit
|
Wattimena I hal 53
|
07.30
|
08.00
|
5.
|
Aqua p.i
|
Sterilisasi A/C
|
FI III hal 14
|
08.00
|
08.10
|
6.
|
Larutan obat
|
Otoklaf 120 oC
20 menit
|
Goeswin Agoes. Hal 343
|
10.30
|
11.00
|
B. Pembuatan
1. Siapkan
alat dan bahan
2. Sterilisasi
alat dan bahan
3. Didihkan
aqua p.i selama 10 menit ,dan 2 tutup botol infus selama 30 menit
4. Kalibrasi
beaker glass 1100 ml
5. Timbang
KCl 4,38 g , Glukosa 42,68 g , Norit 1,1 g menggunakan kaca arloji dan aqua Pi
ad 1100 ml.
6. Masukkan
KCl 4,38 g larutkan dengan aqua pi secukupnya
7. Masukkan
Glukosa 42,68 g dan tambahkan aqua pi seluruhnya
8. Masukkan
Norit 1,1 g lalu aduk ad homogen
kemudian tutup beaker glass dengan kaca arloji
9. Panaskan
larutan obat selama 10 menit
10. Kemudian
cek pH. PH = 5,5
11. Kemudian
saring menggunakan kertas saring sebanyak dua kali penyaringan.
12. Bilas
botol infus dengan larutan obat
13. Masukkan
larutan obat ke dalam botol infus ad 500 ml ,kemudian tutup menggunakan tutup
karetnya
14. Sterilkan
hasil sediaan dengan otoklaf 120 oC
selama 20 menit
15. Beri etiket dan kemas kedalam dus.
VII.
EVALUASI HASIL SEDIAAN
1. Organoleptis
Evaluasi organoleptis merupakan
pengujian sediaan dengan menggunakan pancaindra untuk mendeskripsikan bentuk
atau konsistensi (misalnya padat, serbuk, kental, cair), warna ( misalnya
kuning, coklat) dan bau ( misalnya aromatik, tidak berbau).Pemberian dikatakan
baik jika warna sediaan tidak berubah dan bau tidak hilang.
Hasil
pengamatan :
Hasil
Evaluasi organoleptis kelompok kami yaitu :
·
Bau :
tidak berbau
·
Warna :
bening jernih
·
Bentuk :
cair
·
Kelarutan : tidak ada endapan
2. pH
·
pH merupakan suatu penentu utama dalam
kestabilan suatu obat yang cenderung penguraian hidrolitik. Untuk kebanyakan
obat injeksi pH kestabilan optimum adalah pada situasi asam antara pH 4 -
5.Oleh karena itu, melalui penggunaan zat pendapar yang tepat kestabilan
senyawa yang tidak stabil dapat ditinggikan (Ansel, 1989).pH standar infus menurut
Martindale edisi 28 hal.629 yaitu 2.5 –
5.5
Hasil uji pH yang dilakukan
oleh kelompok kami adalah 5,5
VIII. DESAIN KEMASAN dan ETIKET
A. Brosur
dan Etiket
|
Dus
IX. DAFTAR PUSTAKA
1. Anief,Moh.
2006. Ilmu Meracik Obat:Teori dan Praktik. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta
2. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Tiga. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
3. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi Empat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
4. Ansel,
Howard C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. UI-Press:
Jakarta
5. Reynold,
James EF. 1982. Martindal The Extra Pharmacopoeia 28. Pharmaceutical press:
London
6. Wattimena,
J.R., Gwan, Tan Siang. 1968. Dasar-dasar Pembuatan dan Resep-resep Obat Suntik
I. Tarate: Bandung
7. Boylan,
James C. 2003. Handbook of Pharmaceutical Excipients.Washington
8. 2008,
Informatorium Obat Nasional Indonesia Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar