Sabtu, 28 November 2015

Tetes Telinga Kloramfenikol



LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
Tetes Telinga Kloramfenikol

 








Kelompok A4 :
1.     Diana Maulidina ( P2.31.39.0.14.027)
2.     Dita Qonitah (P2.31.39.0.14.029)
3.     Eli Nofasari (P2.31.39.0.14.031)
4.     Ervina Evi Susanti (P2.31.39.0.14.033)
Lokal         : 2A
Semester    : 3

Pengawas : Purnama Fajri, S.Farm.,M.Biomed.,Apt.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
JURUSAN FARMASI
2014/2015

       I.            PENDAHULUAN
A.    Tujuan
Mahasiswa dapat membuat sediaan tetes telinga kloramfenikol dengan tepat  dan dapat menentukan evaluasi yang tepat untuk sediaan tetes telinga.

B.     Teori
1.      Pengertian Tetes Telinga
Menurut Farmakope Indonesia edisi III hal 10, tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan obat kedalam telinga. Kecuali dinyatakan lain, tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air. Cairan pembawa yang digunakan harus mempunyai kekentalan yang cocok agar obat mudah menempel pada dinding telinga : umumnya digunakan gliserol dan propilenglikol. Dapat juga digunakan etanol, heksilenglikol dan minyak nabati.(2)
Menurut Ansel, Preparat telinga kadang-kadang dikenal sebagai preparat optic atau aural. Preparat telinga biasanya diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil kedalam saluran telinga untuk melepaskan kotoran telinga ( lilin telinga ) atau untuk mengobati infeksi, peradangan atau rasa sakit. Karena bagian luar telinga merupakan suatu struktur yang tertutup kulit yang mudah terkena kondisi dermatologi sebagaimana bagian permukaan tubuh lainnya, (4)
                 Menurut Moh. Anief, Tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan obat kedalam telinga. Bila tidak dinyatakan lain, cairan pembawa yang digunakan adalah bukan air. Cairan pembawa yang digunakan harus mempunyai kekentalan yang sesuai agar obat mudah menempel pada dinding telinga, biasanya digunakan gliserin dan propilenglikol.Selain tersebut dapat pula digunakan etanol, heksilenglikol, dan minyak lemak nabati. (1)
2.      Pengertian Tetes Telinga Kloramfenikol
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV hal 191, tetes telinga kloramfenikol adalah larutan steril kloramfenikol dalam pelarut yang sesuai, mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 130,0% C11H12Cl2N2O5 dari jumlah yang tertera pada etiket. (3)

    II.            PREFORMULASI
A.    Preformulasi zat aktif
1.      Kloramfenikol
Kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C11H12Cl2N2O5, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
·         Pemerian            : serbuk atau hablur halus berbentuk jarum
                             Atau lempeng memanjang; putih sampai
                             putih kelabu atau putih kekuningan; tidak
                             berbau; rasa sangat pahit. Dalam larutan
                             asam    lemah,  mantap.
·         pH                      : 4,5 – 7,5
·         Kelarutan           : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air,
                             dalam 2,5 bagian etanol (95%) P dan dalam
                             7 bagian propilenglikol P; sukar larut dalam
                              kloroform P dan dalam eter P.    
·         Penyimpanan      : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
                               dari cahaya
·         Cara sterilisasi    : Autoklaf 98-100oC 30 menit dan filtrasi.
·         Khasiat               : Anti bakteri
·         Literatur             : - FI III hal 143
                             - Martindale The Extra Pharmacopoeia 28
                                hal 1136


B.     Preformulasi zat tambahan
1.      Nipagin (Methylis parabenum)
Metilparaben mengandung tidak kurang dari 99,0%  dan tidak lebih dari 100,5% C8H8O3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
·         Pemerian           : hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk
                            hablur, putih; tidak berbau atau berbau khas
                            lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar.
·         Kelarutan          : Sukar larut dalam air, dalam benzena
                            dan  dalam karbon tetraklorida; mudah larut
                            dalam etanol dan dalam eter.
·         Penyimpanan    : Dalam wadah tertutup baik
·         Cara sterilisasi   : autoklaf 120oC  selama 30 menit
·         Khasiat             : antimicrobial preservative 
·         Konsentrasi       : 0,05 – 0,25 %
·         Literatur            :       -    FI IV hal.551
-          Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 184
-          Martindale The Exra Pharmacopoeia 28 hal 1287
          
2.      Dinatrium Edetat
Mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 100,5% C10H14N2Na2O8.2H2O
·         Pemerian            : serbuk hablur; putih ; tidak berbau ; rasa
                              agak asam.
·         Kelarutan           : larut dalam 1 dan 2 bagian air; sedikit larut
                            Dalam alcohol praktis tidak larut dalam
                           kloroform dan eter.
·         Penyimpanan     : Dalam wadah tertutup baik
·         pH                      : 4 – 6
·         Cara sterilisasi    : otoklaf
·         Khasiat              : chelating agent
·         Konsentrasi        : 0,005 – 0,1 %
·         Literatur             : -    Handbook of Pharmaceutical Excipients
                                  hal. 178
-          FI ed.III hal. 669
-          Martindale The Extra Pharmacopoeia hal
383

C.     Preformulasi zat pembawa
1.      Aqua pro injection (p.i)
Menurut FI III, air untuk injeksi adalah air suling segar yang disuling kembali, disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C.Menurut FI IV, air steril untuk injeksi adalah air untuk injeksi yang disterilkan dan dikemas dengan cara yang sesuai. Tidak mengandung bahan antimikroba atau bahan tambahan lainnya.
·         Pemerian         : Keasam-kebasaan, ammonium, besi,
                               tembaga, timbal,  kalsium, klorida,
                               nitrat, sulfat, zat teroksidasi memenuhi
                               syarat yang tertera pada aqua destillata.
·         Khasiat            : Diluents / bacteriostatic water for
                              injection (up to 100% concentrate)
·         Sterilisasi         :      Sterilisasi A atau C
·         Literatur          :      - FI III hal 97
                               - FI IV hal 112
                               - Martindale The Extra Pharmacopoeia
28    Hal. 1670
-     Handbook of Pharmaceutical Excipient
Hal.366

2.      Propilenglikol
·    Pemerian             : Cairan kental, jernih, tidak berwarna ; tidak
                            berbau ; rasa agak manis ; higroskopik
·         Kelarutan           : Dapat campur dengan air, dengan etanol
                           (95%) P dan dengan kloroform P; larut
                           dalam 6 bagian eter P; tidak dapat campur
                           dengan eter minyak tanah P dan dengan
                           minyak lemak.
·         Penyimpanan     : Dalam wadah tertutup baik
·         Cara sterilisasi    : otoklaf
·         Khasiat              : solvent or consolvent
·         Konsentrasi        : 5 - 80%
·         Literatur             : -    FI ed. III hal. 534
-          Martindale The Extra Pharmcopoeia hal
708
-          Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 241

D.    Farmakologi Obat
1.      Farmakodinamik
·         Efek Antimikroba
            Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada ribosom subunit 50s dan menghambat enzim peptidil transferase sehingga ikatan peptide tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman. Efek toksik kloramfenikol pada sistem hemopoetik sel mamalia diduga berhubungan dengan mekanisme kerja obat ini.
            Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu.
            Spektrum antibakteri kloramfenikol meliputi D.pneumoniae, S.pyogenes, S.viridans, Neisseria, Haemophilus, Bacillus spp, Listeria, Bartonella, Brucella, P.multocida, C.diphtheriae, Chlamydia, Mycoplasma, Rickettsia, Treponema dan kebanyakan kuman anaerob.
·         Resistensi
            Mekanisme resistensi terhadap kloramfenikol terjadi melalui inaktivasi obat oleh asetil transferase yang diperantarai oleh faktor-R. Resistensi terhadap P.aeruginosa, Proteus dan Klebsiella terjadi karena perubahan permeabilitas membrane yang mengurangi masuknya obat kedalam sel bakteri.
            Beberapa strain D.pneumoniae, H.influenzae dan N.meningtidis bersifat resisten; S.aureus umumnya sensitif, sedang Enterobacteriaceae banyak yang telah resisten.
            Obat ini juga efektif terhadap kebanyakan strain E.coli, K.pneumoniae dan P.mirabili, kebayakan strain Serratia, Providencia dan Proteus rettgerii resisten, juga kebanyakan strain P.aeruginosa dan strain tertentu S.typhi.

 III.            PENDEKATAN FORMULASI
Pada praktikum pembuatan tetes telinga kloramfenikol ini digunakan kloramfenikol sebagai zat aktif, sediaan ini mengandung kloramfenikol 1%. Adapun khasiat dari kloramfenikol yaitu sebagai antibakteri.
Dalam sediaan tetes telinga ini, digunakan nipagin atau matil paraben sebagai antimikrobial preservative. Tujuannya pengawetan sediaan terhadap pertumbuhan mikroba
Dalam sediaan tetes telinga ini, digunakan dinatrium edetat sebagai chelating agent atau agen pengkelat yang bertugas mengikat ion atau logam. Apabila sediaan mengandung ion atau logam agen pengkelat ini yang bertugas mengikatnya dan ketika diikat maka ion atau logam itu bisa larut.
Dalam sediaan tetes telinga ini, digunakan propilenglikol sebagai solvent or consolvent agent. Propilenglikol adalah kosolven yang dapat bercampur dengan air serta propilenglikol merupakan zat pembawa yang kental sehingga memungkinkan kontak antara obat dengan jaringan telinga yang lebih lama.
Dalam sediaan tetes telinga ini, digunakan juga aqua pi sebagai pembawa atau pelarut pada sediaan. Tujuannya yaitu agar sediaan tidak terlalu kental dan mudah diteteskan pada telinga.

 IV.            FORMULASI
Tetes telinga kloramfenikol (Martindale edisi 28 hal.1141)
R/   Kloramfenikol        1%
            Na2EDTA                         0,05%
            Nipagin                 0,02%
            Aqua p.i                1,2 ml
            Propilenglikol        ad 10 ml

KR :    -
OTT :   -
Usul :Alat dan bahan dianggap steril


Keterangan :
·         Wadah                 : Botol tetes 3 @ 10 ml
·         Sterilisasi             : otoklaf 98-100ºC 30 menit (martindale 28 hal
                               1136)
·         Teknik sterilisasi  : Na steril
·         pH                        : 5 – 6 (FI ed.III hal 10)
Cara pemakaian           : Teteskan kedalam telinga 3 kali sehari 2 – 3 tetes
                                      (ISO vol.47 hal.329)

    V.            PERHITUNGAN
            Volume yang akan dibuat :
3 buah @10 ml
V = 30 ml + 25%
    = 30 ml + 7,5 ml
    = 37,5 ml
    = 37,50 ml ≈ 40.00 ml

1.         Kloramfenikol  
x 40 ml =0,4 g
2.         Na2 EDTA
x 40 ml  =  0,02 g
          Sediaan 1% =  ml = 2 ml

3.         Nipagin
x 40 ml  = 0,008 g
             Sediaan 5% =
             Tetesan percobaan Nipagin 1 ml = 25 tetes
             Nipagin 0,16 ml
4.         Aqua p.i 


 VI.            PENIMBANGAN
Penimbangan formula
1.      Kloramfenikol 0,4 gram
2.      Na2 EDTA 0,02 g = 2 ml
3.      Nipagin 0,008 g = 0,16 ml = 4 tetes
4.      Aqua p.i 4,8 ml
5.      Propilenglikol ad 40 ml

VII.            PROSEDUR KERJA
A.    Pelaksanaan
Teknik sterilisasi : Na steril
Sterlisasi alat
No
AlatdanBahan
Sterilisasi
Literatur
WaktuSterilisasi
Mulai
Akhir
1.
Spatula logam, Pinset logam, kacaarloji, batang pengaduk
Flambir 20 detik
Wattimena I hal. 45


2.
Gelas ukur 5 ml , gelas ukur 10 ml,gelas ukur 50 ml,  kertas saring, pipet, corong
Autoklaf 121oC selama 15 menit
Wattimena I hal.72,77


3.
Botol tetes,beaker glass 50 ml
Oven 170 oC 30 menit
Wattimena I hal. 39,49,139


4.
Karet pipet
Rebus 30 menit
Wattimena I hal 53
07.50
08.20
5.
Aqua p.i
Sterilisasi A/C

FI III hal 14
08.00
08.10
6.
Tutup botol tetes
Rendam alcohol 70% 30 menit



7.
Larutan obat
Otoklaf 98-100 oC 30 menit
Martindale 29 hal 1653
10.30
11.00

B.     Pembuatan
1.      Sterilisasi alat dan bahan
2.      Didihkan aqua p.i selama 10 menit
3.      Kalibrasi botol tetes 10 ml, kalibrasi beaker glass 40 ml
4.      Timbang kloramfenikol sebanyak 0,4 gram,
5.      Ukur Na2 EDTA 2 ml  dengan gelas ukur
6.      Buat percobaan tetesan nipagin, 1 ml = 25 tetes, jadi 0,16 ml= 4 tetes
7.      Ukur aqua p.i 4,8 ml dengan gelas ukur
8.      Ukur propilenglikol ad 40 ml
9.      Masukkan kloramfenikol dalam beaker glass, tambahkan propilenglikol, aduk ad homogen.
10.  Tambahkan Na2 EDTA dan nipagin aduk ad homegn.
11.  Tambahkan aqua p.i aduk ad homogen.
12.  Lalu masukkan propilenglikol sebagian, aduk ad homogen dan cek pH= 5
13.  Setelah cek pH, tambahkan propilenglikol ad tanda kalibrasi yaitu ad 40 ml.
14.  Kemudian saring menggunakan kertas saring sebanyak dua kali penyaringan.
15.  Masukkan sediaan kedalam botol tetes yang telah dikalibrasi
16.  Sterilkan hasil sediaan dengan otoklaf 98-100 oC selama 30 menit
17.  Beri etiket dan kemas kedalam dus.

VIII.            EVALUASI HASIL SEDIAAN
1.      Organoleptis
Evaluasi organoleptis merupakan pengujian sediaan dengan menggunakan pancaindra untuk mendeskripsikan bentuk atau konsistensi (misalnya padat, serbuk, kental, cair), warna ( misalnya kuning, coklat) dan bau ( misalnya aromatic, tidak berbau).Pemberian dikatakan baik jika warna sediaan tidak berubah dan bau tidak hilang.
Hasil pengamatan :
Hasil Evaluasi organoleptis kelompok kami yaitu :
·         Bau                        : tidak berbau
·         Warna                    : bening jernih
·         Bentuk                  : cair
·         Kelarutan              : tidak ada endapan

2.      pH  
pH merupakan suatu penentu utama dalam kestabilan suatu obat yang cenderung penguraian hidrolitik. Untuk kebanyakan obat injeksi pH kestabilan optimum adalah pada situasi asam antara pH 4 - 5.Oleh karena itu, melalui penggunaan zat pendapar yang tepat kestabilan senyawa yang tidak stabil dapat ditinggikan (Ansel, 1989).pH standar suspensi menurut Kulshreshta, Singh, dan Wall (2009) antara 5-7.

Hasil uji pH yang dilakukan oleh kelompok kami adalah 5

 IX.            DESAIN KEMASAN dan ETIKET
A.    Etiket



                                                                            







    X.            DAFTAR PUSTAKA
1.      Anief,Moh. 2006. Ilmu Meracik Obat:Teori dan Praktik. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
2.      Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Tiga. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
3.      Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi Empat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
4.      Ansel, Howard C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. UI-Press: Jakarta
5.      Reynold, James EF. 1982. Martindal The Extra Pharmacopoeia 28. Pharmaceutical press: London
6.      Wattimena, J.R., Gwan, Tan Siang. 1968. Dasar-dasar Pembuatan dan Resep-resep Obat Suntik I. Tarate: Bandung
7.      Boylan, James C. 2003. Handbook of Pharmaceutical Excipients.Washington
8.      Syarif, Amir, Ari Estuningtyas, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
9.      Anonim. 1978. Formularium Nasional edisi kedua. Jakarta : Departemen Kesehatan RI