LAPORAN
PRAKTIKUM
TEKNOLOGI
SEDIAAN STERIL
Tetes
Telinga Kloramfenikol
Kelompok
A4 :
1. Diana
Maulidina ( P2.31.39.0.14.027)
2. Dita
Qonitah (P2.31.39.0.14.029)
3. Eli
Nofasari (P2.31.39.0.14.031)
4. Ervina
Evi Susanti (P2.31.39.0.14.033)
Lokal : 2A
Semester : 3
Semester : 3
Pengawas
: Purnama Fajri, S.Farm.,M.Biomed.,Apt.
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
JURUSAN
FARMASI
2014/2015
I.
PENDAHULUAN
A. Tujuan
Mahasiswa dapat membuat sediaan tetes
telinga kloramfenikol dengan tepat dan
dapat menentukan evaluasi yang tepat untuk sediaan tetes telinga.
B. Teori
1. Pengertian
Tetes Telinga
Menurut
Farmakope Indonesia edisi III hal 10, tetes telinga adalah obat tetes yang
digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan obat kedalam telinga. Kecuali
dinyatakan lain, tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air.
Cairan pembawa yang digunakan harus mempunyai kekentalan yang cocok agar obat
mudah menempel pada dinding telinga : umumnya digunakan gliserol dan
propilenglikol. Dapat juga digunakan etanol, heksilenglikol dan minyak nabati.(2)
Menurut Ansel, Preparat telinga
kadang-kadang dikenal sebagai preparat optic atau aural. Preparat telinga
biasanya diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil kedalam saluran telinga
untuk melepaskan kotoran telinga ( lilin telinga ) atau untuk mengobati
infeksi, peradangan atau rasa sakit. Karena bagian luar telinga merupakan suatu
struktur yang tertutup kulit yang mudah terkena kondisi dermatologi sebagaimana
bagian permukaan tubuh lainnya, (4)
Menurut Moh. Anief, Tetes
telinga adalah obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan obat kedalam
telinga. Bila tidak dinyatakan lain, cairan pembawa yang digunakan adalah bukan
air. Cairan pembawa yang digunakan harus mempunyai kekentalan yang sesuai agar
obat mudah menempel pada dinding telinga, biasanya digunakan gliserin dan
propilenglikol.Selain tersebut dapat pula digunakan etanol, heksilenglikol, dan
minyak lemak nabati. (1)
2. Pengertian
Tetes Telinga Kloramfenikol
Menurut
Farmakope Indonesia edisi IV hal 191, tetes telinga kloramfenikol adalah
larutan steril kloramfenikol dalam pelarut yang sesuai, mengandung tidak kurang
dari 90,0% dan tidak lebih dari 130,0% C11H12Cl2N2O5
dari jumlah yang tertera pada etiket. (3)
II.
PREFORMULASI
A. Preformulasi
zat aktif
1. Kloramfenikol
Kloramfenikol
mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C11H12Cl2N2O5,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
·
Pemerian :
serbuk atau hablur halus berbentuk jarum
Atau lempeng
memanjang; putih sampai
putih kelabu atau putih kekuningan; tidak
berbau; rasa sangat pahit. Dalam larutan
asam lemah, mantap.
·
pH :
4,5 – 7,5
·
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air,
dalam 2,5 bagian etanol (95%) P dan dalam
7 bagian propilenglikol P; sukar larut dalam
kloroform P dan dalam eter P.
·
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya
dari cahaya
·
Cara sterilisasi : Autoklaf 98-100oC 30 menit dan filtrasi.
·
Khasiat :
Anti bakteri
·
Literatur : - FI III hal 143
- Martindale The Extra Pharmacopoeia 28
hal 1136
hal 1136
B. Preformulasi
zat tambahan
1. Nipagin
(Methylis parabenum)
Metilparaben mengandung
tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih
dari 100,5% C8H8O3, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan.
·
Pemerian :
hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk
hablur, putih; tidak berbau atau berbau khas
lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar.
·
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena
dan
dalam karbon tetraklorida; mudah larut
dalam etanol dan dalam eter.
·
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
·
Cara sterilisasi : autoklaf 120oC
selama 30 menit
·
Khasiat :
antimicrobial preservative
·
Konsentrasi : 0,05 – 0,25 %
·
Literatur : - FI
IV hal.551
-
Handbook of Pharmaceutical Excipients hal
184
-
Martindale The Exra Pharmacopoeia 28 hal
1287
2. Dinatrium
Edetat
Mengandung tidak kurang
dari 98,0 % dan tidak lebih dari 100,5% C10H14N2Na2O8.2H2O
·
Pemerian :
serbuk hablur; putih ; tidak berbau ; rasa
agak asam.
agak asam.
·
Kelarutan : larut dalam 1 dan 2 bagian air; sedikit larut
Dalam alcohol praktis tidak larut dalam
kloroform dan eter.
kloroform dan eter.
·
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
·
pH :
4 – 6
·
Cara sterilisasi : otoklaf
·
Khasiat :
chelating agent
·
Konsentrasi : 0,005 – 0,1 %
·
Literatur : - Handbook of
Pharmaceutical Excipients
hal. 178
hal. 178
-
FI ed.III hal. 669
-
Martindale The Extra Pharmacopoeia hal
383
383
C. Preformulasi
zat pembawa
1. Aqua
pro injection (p.i)
Menurut FI III, air untuk injeksi adalah air suling segar yang
disuling kembali, disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C.Menurut FI IV,
air steril untuk injeksi adalah air untuk injeksi yang disterilkan dan dikemas
dengan cara yang sesuai. Tidak mengandung bahan antimikroba atau bahan tambahan
lainnya.
·
Pemerian :
Keasam-kebasaan, ammonium, besi,
tembaga, timbal, kalsium, klorida,
nitrat, sulfat, zat teroksidasi memenuhi
syarat yang tertera pada aqua destillata.
tembaga, timbal, kalsium, klorida,
nitrat, sulfat, zat teroksidasi memenuhi
syarat yang tertera pada aqua destillata.
·
Khasiat :
Diluents / bacteriostatic water for
injection (up to 100% concentrate)
injection (up to 100% concentrate)
·
Sterilisasi :
Sterilisasi A atau C
·
Literatur :
- FI III hal 97
- FI IV hal 112
- Martindale The Extra Pharmacopoeia
- FI IV hal 112
- Martindale The Extra Pharmacopoeia
28
Hal. 1670
-
Handbook of Pharmaceutical Excipient
Hal.366
2.
Propilenglikol
·
Pemerian :
Cairan kental, jernih, tidak berwarna ; tidak
berbau ; rasa agak manis ; higroskopik
berbau ; rasa agak manis ; higroskopik
·
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol
(95%) P dan dengan
kloroform P; larut
dalam 6 bagian eter P; tidak dapat campur
dengan eter minyak tanah P dan dengan
minyak lemak.
dalam 6 bagian eter P; tidak dapat campur
dengan eter minyak tanah P dan dengan
minyak lemak.
·
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
·
Cara sterilisasi : otoklaf
·
Khasiat :
solvent or consolvent
·
Konsentrasi : 5 - 80%
·
Literatur : - FI ed. III
hal. 534
-
Martindale The Extra Pharmcopoeia hal
708
708
-
Handbook of Pharmaceutical Excipients
hal 241
D. Farmakologi
Obat
1. Farmakodinamik
·
Efek Antimikroba
Kloramfenikol bekerja dengan
menghambat sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada ribosom subunit 50s
dan menghambat enzim peptidil transferase sehingga ikatan peptide tidak
terbentuk pada proses sintesis protein kuman. Efek toksik kloramfenikol pada
sistem hemopoetik sel mamalia diduga berhubungan dengan mekanisme kerja obat
ini.
Kloramfenikol umumnya bersifat
bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang-kadang bersifat
bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu.
Spektrum antibakteri kloramfenikol
meliputi D.pneumoniae, S.pyogenes,
S.viridans, Neisseria, Haemophilus, Bacillus spp, Listeria, Bartonella,
Brucella, P.multocida, C.diphtheriae, Chlamydia, Mycoplasma, Rickettsia,
Treponema dan kebanyakan kuman anaerob.
·
Resistensi
Mekanisme resistensi terhadap
kloramfenikol terjadi melalui inaktivasi obat oleh asetil transferase yang
diperantarai oleh faktor-R. Resistensi terhadap P.aeruginosa, Proteus dan Klebsiella
terjadi karena perubahan permeabilitas membrane yang mengurangi masuknya obat
kedalam sel bakteri.
Beberapa strain D.pneumoniae, H.influenzae dan N.meningtidis
bersifat resisten; S.aureus
umumnya sensitif, sedang Enterobacteriaceae
banyak yang telah resisten.
Obat ini juga efektif terhadap
kebanyakan strain E.coli, K.pneumoniae dan
P.mirabili, kebayakan strain Serratia, Providencia dan Proteus rettgerii resisten, juga
kebanyakan strain P.aeruginosa dan
strain tertentu S.typhi.
III.
PENDEKATAN FORMULASI
Pada praktikum pembuatan tetes telinga kloramfenikol
ini digunakan kloramfenikol sebagai zat aktif, sediaan ini mengandung kloramfenikol
1%. Adapun khasiat dari kloramfenikol yaitu sebagai antibakteri.
Dalam sediaan tetes telinga ini, digunakan nipagin
atau matil paraben sebagai antimikrobial preservative. Tujuannya pengawetan
sediaan terhadap pertumbuhan mikroba
Dalam sediaan tetes telinga ini, digunakan dinatrium
edetat sebagai chelating agent
atau agen pengkelat yang bertugas mengikat ion atau logam. Apabila sediaan
mengandung ion atau logam agen pengkelat ini yang bertugas mengikatnya dan
ketika diikat maka ion atau logam itu bisa larut.
Dalam sediaan tetes telinga ini, digunakan propilenglikol
sebagai solvent or consolvent agent. Propilenglikol adalah kosolven yang dapat
bercampur dengan air serta propilenglikol merupakan zat pembawa yang kental sehingga
memungkinkan kontak antara obat dengan jaringan telinga yang lebih lama.
Dalam sediaan tetes telinga ini, digunakan juga aqua
pi sebagai pembawa atau pelarut pada sediaan. Tujuannya yaitu agar sediaan
tidak terlalu kental dan mudah diteteskan pada telinga.
IV.
FORMULASI
Tetes
telinga kloramfenikol (Martindale edisi 28 hal.1141)
R/ Kloramfenikol 1%
Na2EDTA 0,05%
Nipagin 0,02%
Aqua p.i 1,2
ml
Propilenglikol ad 10 ml
KR
: -
OTT
: -
Usul
:Alat dan bahan dianggap steril
Keterangan
:
·
Wadah : Botol tetes 3 @ 10 ml
·
Sterilisasi : otoklaf 98-100ºC
30 menit (martindale 28 hal
1136)
·
Teknik sterilisasi : Na steril
·
pH :
5 – 6 (FI ed.III hal 10)
Cara
pemakaian : Teteskan kedalam
telinga 3 kali sehari 2 – 3 tetes
(ISO vol.47 hal.329)
(ISO vol.47 hal.329)
V.
PERHITUNGAN
Volume yang akan dibuat :
3
buah @10 ml
V
= 30 ml + 25%
= 30 ml + 7,5 ml
= 37,5 ml
= 37,50 ml ≈ 40.00 ml
1.
Kloramfenikol

2.
Na2 EDTA

Sediaan 1% =
ml = 2 ml

3.
Nipagin

Sediaan 5% = 

Tetesan percobaan Nipagin 1 ml =
25 tetes
Nipagin 0,16 ml
Nipagin 0,16 ml

4.
Aqua
p.i 

VI.
PENIMBANGAN
Penimbangan
formula
1. Kloramfenikol
0,4 gram
2. Na2
EDTA 0,02 g = 2 ml
3. Nipagin
0,008 g = 0,16 ml = 4 tetes
4. Aqua
p.i 4,8 ml
5. Propilenglikol
ad 40 ml
VII.
PROSEDUR KERJA
A. Pelaksanaan
Teknik sterilisasi : Na steril
Sterlisasi alat
No
|
AlatdanBahan
|
Sterilisasi
|
Literatur
|
WaktuSterilisasi
|
|
Mulai
|
Akhir
|
||||
1.
|
Spatula logam, Pinset logam, kacaarloji, batang pengaduk
|
Flambir 20 detik
|
Wattimena I hal. 45
|
||
2.
|
Gelas ukur 5 ml , gelas ukur 10 ml,gelas ukur 50 ml, kertas saring, pipet, corong
|
Autoklaf 121oC selama 15 menit
|
Wattimena I hal.72,77
|
||
3.
|
Botol tetes,beaker glass 50 ml
|
Oven 170 oC 30 menit
|
Wattimena I hal. 39,49,139
|
||
4.
|
Karet pipet
|
Rebus 30 menit
|
Wattimena I hal 53
|
07.50
|
08.20
|
5.
|
Aqua p.i
|
Sterilisasi A/C
|
FI III hal 14
|
08.00
|
08.10
|
6.
|
Tutup botol tetes
|
Rendam alcohol 70% 30 menit
|
|||
7.
|
Larutan obat
|
Otoklaf 98-100 oC 30 menit
|
Martindale 29 hal 1653
|
10.30
|
11.00
|
B. Pembuatan
1. Sterilisasi
alat dan bahan
2. Didihkan
aqua p.i selama 10 menit
3. Kalibrasi
botol tetes 10 ml, kalibrasi beaker glass 40 ml
4. Timbang
kloramfenikol sebanyak 0,4 gram,
5. Ukur
Na2 EDTA 2 ml dengan gelas
ukur
6. Buat
percobaan tetesan nipagin, 1 ml = 25 tetes, jadi 0,16 ml= 4 tetes
7. Ukur
aqua p.i 4,8 ml dengan gelas ukur
8. Ukur
propilenglikol ad 40 ml
9. Masukkan
kloramfenikol dalam beaker glass, tambahkan propilenglikol, aduk ad homogen.
10. Tambahkan
Na2 EDTA dan nipagin aduk ad homegn.
11. Tambahkan
aqua p.i aduk ad homogen.
12. Lalu
masukkan propilenglikol sebagian, aduk ad homogen dan cek pH= 5
13. Setelah
cek pH, tambahkan propilenglikol ad tanda kalibrasi yaitu ad 40 ml.
14. Kemudian
saring menggunakan kertas saring sebanyak dua kali penyaringan.
15. Masukkan
sediaan kedalam botol tetes yang telah dikalibrasi
16. Sterilkan
hasil sediaan dengan otoklaf 98-100 oC
selama 30 menit
17. Beri etiket dan kemas kedalam dus.
VIII.
EVALUASI HASIL SEDIAAN
1. Organoleptis
Evaluasi organoleptis merupakan pengujian
sediaan dengan menggunakan pancaindra untuk mendeskripsikan bentuk atau
konsistensi (misalnya padat, serbuk, kental, cair), warna ( misalnya kuning,
coklat) dan bau ( misalnya aromatic, tidak berbau).Pemberian dikatakan baik
jika warna sediaan tidak berubah dan bau tidak hilang.
Hasil
pengamatan :
Hasil
Evaluasi organoleptis kelompok kami yaitu :
·
Bau :
tidak berbau
·
Warna :
bening jernih
·
Bentuk :
cair
·
Kelarutan : tidak ada endapan
2. pH
pH
merupakan suatu penentu utama dalam kestabilan suatu obat yang cenderung
penguraian hidrolitik. Untuk kebanyakan obat injeksi pH kestabilan optimum
adalah pada situasi asam antara pH 4 - 5.Oleh karena itu, melalui penggunaan
zat pendapar yang tepat kestabilan senyawa yang tidak stabil dapat ditinggikan
(Ansel, 1989).pH standar suspensi menurut Kulshreshta, Singh, dan Wall (2009)
antara 5-7.
Hasil
uji pH yang dilakukan oleh kelompok kami adalah 5
IX.
DESAIN KEMASAN dan ETIKET
A. Etiket
X.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anief,Moh.
2006. Ilmu Meracik Obat:Teori dan Praktik. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta
2. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Tiga. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
3. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi Empat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
4. Ansel,
Howard C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. UI-Press:
Jakarta
5. Reynold,
James EF. 1982. Martindal The Extra Pharmacopoeia 28. Pharmaceutical press:
London
6. Wattimena,
J.R., Gwan, Tan Siang. 1968. Dasar-dasar Pembuatan dan Resep-resep Obat Suntik
I. Tarate: Bandung
7. Boylan,
James C. 2003. Handbook of Pharmaceutical Excipients.Washington
8.
Syarif, Amir, Ari Estuningtyas, dkk.
2007. Farmakologi dan Terapi.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
9.
Anonim. 1978. Formularium Nasional edisi kedua.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI